Tuhan Itu Baik
“Jika kisah-kisah dalam Alkitab banyak menunjukkan mukjizat besar yang bisa terjadi, maka saya merasa bahwa mukjizat Tuhan dalam hidup saya adalah ketika Dia memberi hikmat untuk saya bisa mengenali kasih-Nya setiap hari.”
Tahun ini adalah tahun kedua saya harus berjumpa dengan Natal yang jauh di luar kebiasaan selama ini. Sebagai kaum perantauan di kota metropolis ini, agenda terbesar Natal hingga libur Tahun Baru biasanya adalah mudik ke kota asal, berkumpul dengan keluarga besar, pergi bersama ibadah malam Natal, menemukan aneka sajian makanan yang tak habis-habisnya di meja, dan melanjutkan kebiasaan dari masa kecil : punya baju baru untuk Natal. Momen satu tahun sekali. Sayang jika terlewati.
Karena sudah terbiasa dengan rutinitas tahunan itu, maka Natal tahun 2020 lalu ketika situasi sangat jauh di luar prediksi, saya cukup merasakan ada kekosongan yang menganga jauh di dalam hati. Tidak bisa berkumpul dengan keluarga besar, tidak datang bertamu maupun menerima tamu dan tidak ada keseruan hunting (baca: berburu) baju baru. Bahkan saya sempat merasa tidak perlu menyiapkan kue-kue, karena takut kewalahan kalau harus menghabiskannya sendiri. Selain itu, tidak ada agenda pergi ke gereja di malam Natal ataupun di hari Natalnya.

Sedih? Kecewa? Tentu saja perasaan itu ada bersama aneka perasaan lain yang memenuhi hati saya. Terutama karena Natal tahun lalu adalah Natal pertama yang harus saya jalani tanpa ada lagi kehadiran sosok ibu dalam kehidupan saya. Sehingga hati saya pun sempat bertanya : “bentuk kasih Tuhan seperti apa yang sedang saya hadapi saat ini, ketika banyak hal berat terjadi di luar dugaan dan kendali ?”
Namun, saat ini ketika saya menoleh ke perjalanan refleksi tahun lalu, meski tidak serta merta, saya diijinkan Tuhan untuk menemukan dan mengenali pernyataan kasih-Nya dalam hal-hal sederhana. Ada teknologi video call yang memungkinkan saya tetap berjumpa dengan ayah dan juga kerabat yang lain, meski kami harus berada di kota yang berbeda. Ada kesempatan merangkai kata-kata indah yang bisa saya kirimkan secara personal melalui aplikasi seluler untuk para sahabat yang tak bisa berjumpa. Bahkan beberapa tetangga non-Kristen justru mengirimi kami kue-kue di hari Natal sebagai pernyataan simpati kepada kami yang mesti melalui perayaan Natal yang terkesan sepi.
Ya, akhirnya saya mulai bisa memahami bahwa tetap ada kasih Tuhan yang luar biasa dalam apapun kondisi yang sedang saya hadapi. Jika kisah-kisah dalam Alkitab banyak menunjukkan mukjizat besar yang bisa terjadi, maka saya merasa bahwa mukjizat Tuhan dalam hidup saya adalah ketika Dia memberi hikmat untuk saya bisa mengenali kasih-Nya setiap hari. Meski saya - dan mungkin juga Anda - belum punya prediksi yang pasti tentang bagaimana kita akan merayakan sukacita Natal di tahun ini atau seberapa ideal suasana yang akan tercipta memenuhi ekspektasi kita, maka belajar dari perjalanan yang sudah terlampaui, kita bisa yakin bahwa apapun yang terjadi di dalam hidup kita, kita tetap bisa berkata : TUHAN ITU BAIK !