Puasa? Mana Tahan...
Lukas 21: 34-36

Pusing, lapar, susah mikir, keroncongan adalah mungkin beberapa efek yang dialami seseorang saat pertama kali mencoba untuk berpuasa. Belum lagi sulitnya menolak ajakan tawaran seorang kolega atau keluarga yang mengundang kita untuk makan-makan. Sungkan atau tidak enak hati untuk menolak, merupakan suatu tantangan seseorang yang sedang berpuasa/berpantang. Itu baru puasa/pantang dalam hal makan minum. Lalu bagaimana yang menjalankan puasa/pantang dalam hal kebiasaan? Sudah niat untuk pantang membicarakan hidup orang lain misalnya, eh timeline gosip berseliweran di timeline social media kita.
Sebenarnya untuk apa sih kita berpuasa dan berpantang? Kan kita sudah ditebus olehNya, jadi untuk apa menyusahkan diri? Memang, tidak ada keharusan untuk menjalankan puasa/pantang, tetapi Yesus yang adalah Anak Allah pun melakukan doa dan puasa. Para murid dan rasul Tuhan pun juga tekun menjalankan doa dan puasa dalam hidupnya.
Masa Pra Paskah sendiri dimulai dengan Rabu Abu sampai dengan Minggu Paskah (tidak termasuk hari minggu). Bila dihitung, maka terdapat 40 hari masa Pra Paskah. Angka 40 sendiri diambil dari berbagai kisah Alkitab, yang bermakna masa persiapan dan pengujian . 40 tahun bangsa Israel menempuh perjalanan setelah keluar dari tanah Mesir, 40 hari Musa di gunung Sinai, 40 hari bangsa Niniwe bertobat dengan berpuasa, 40 hari Yesus berpuasa di padang gurun, 40 hari Yesus terangkat ke Sorga sejak peristiwa Paskah. Pada masa Pra Paskah, kita semua diundang untuk merefleksikan peristiwa pengorbanan Kristus yang selalu dibarengi juga dengan ajakan berdoa dan berpuasa/berpantang.
Dalam Injil Lukas 21: 34-36, dicatatkan bahwa Yesus meminta kita untuk menjaga diri dari kepentingan dan kesenangan duniawi. Artinya Yesus meminta kita untuk selalu menahan diri, supaya kita tahu ukuran diri sendiri, supaya kita bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan (hawa nafsu). Yesus tahu betul bahwa nafsu duniawi itulah yang akan menguasai manusia, padahal Yesus menghendaki agar kehidupan kita dipenuhi oleh hadirat Allah. Selain itu, Yesus meminta kita untuk selalu berdoa. Apalah artinya kita belajar untuk menahan diri tanpa memohon pertolongan Roh Tuhan untuk memampukan kita.
Melalui doa dan puasa/pantang, kita melatih diri untuk bisa menahan diri, untuk berkomitmen, untuk disiplin diri, melatih kesabaran, dan juga sebagai sarana untuk pertobatan. Tidak hanya dalam hal makan dan minum saja kita berpuasa/berpantang, namun juga terhadap kebiasaan yang tidak baik. Semuanya itu mengubahkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Berniat puasa/pantang kali ini? Roh Allah menyertai.
Pokok Doa
Roh Allah, mampukan kami untuk memiliki pengendalian diri .