Ditulis oleh

Pdt. Lydia Laurina Lissana Pristy

Rabu abu adalah hari pertama puasa dan pantang dalam masa pra paskah. Ingin berpuasa dan berpantang apakah kita 40 hari ke depan? Baru-baru ini, di media sosial, saya melihat sebuah ajakan melakukan gerakan zero waste selama masa pra paskah. Gerakan zero waste berarti sebuah usaha untuk memulai gaya hidup yang seminim mungkin menyisakan sampah. Salah satunya dilakukan dengan mengurangi penggunaan barang-barang berbahan plastik sekali pakai.

Sebenarnya sebelum ada ajakan tersebut, saya sudah berusaha mengurangi plastik sekali pakai. Misalnya dengan membawa kantong belanja sendiri, tidak menggunakan sedotan dan sendok plastik, atau membawa botol minum sendiri. Apakah niat ini berhasil? Di sini saya mau jujur, bahwa niat baik itu kerap gagal karena alasan lupa, malas dan tidak mau repot. Saya rasa inilah kelemahan dasar manusia. Kelemahan dasar yang membuat kita kerap gagal menjalani komitmen baik yang sebenarnya mau kita lakukan.  

Yesus pernah berpesan demikian “berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Pesan itu disampaikannya kepada Petrus dan dua anak Zebedeus ketika Ia meminta mereka menemani-Nya berdoa di Getsemani. Mereka diminta berjaga, namun tak mampu menahan kantuk. Kadang dalam batin kita, kita ingin berkomitmen melakukan tindakan baik, namun kita kesulitan menguasai diri untuk tidak melakukan yang buruk.  Dan tidak jarang kita lebih permisif terhadap diri sendiri. Entah berpantang plastik, berpantang merokok, berpantang belanja, berpantang marah, berpantang nonton, berpantang nge-game, berpantang curhat di sosmed maupun puasa makanan, semuanya baru bisa diwujudkan ketika kita tidak menyerah pada kelemahan-kelemahan kita. Mengandalkan kekuatan sendiri memang berat rasanya. Dengan berdoa dan memohon Roh Kudus menolong kita, barulah kita mampu menjalani komitmen baik setiap harinya.