Melepas Kepemilikan

1 Raja-Raja 17 : 7-13

Odoo CMS- Sample image floating

Pengalaman bertumbuh dalam keluarga dengan status ekonomi ‘biasa saja’, mengajarkan saya untuk menghargai benda-benda yang saya miliki. Menghargai dalam pengertian sangat menjaga, berhati-hati dalam menggunakan, juga efisiensi saat pemakaian. Terutama untuk benda dengan katagori yang tidak mudah dicari penggantinya, jika habis atau rusak.


Namun entah mengapa, dalam kondisi ekstra hati-hati itu, saya justru beberapa kali ‘dipertemukan’ dengan kondisi tak terduga.  Dimana sesuatu yang saya kelola penggunaannya dengan seefisien mungkin, justru harus saya bagi atau beri kepada orang lain. Sama seperti kondisi yang dialami oleh seorang janda di Sarfat, ketika suatu hari tiba-tiba menerima kunjungan dari nabi Elia.


Dalam kunjungan ini, ternyata nabi Elia tidak hanya datang untuk singgah, tetapi juga minta kepada pemilik rumah agar menyediakan air dan roti baginya. Sebenarnya ini permintaan yang sederhana dan umum terjadi. Dimana selaku pemilik rumah, tentu memang sewajarnya menyediakan suguhan bagi tamu yang datang. Akan tetapi permintaan ini menjadi ‘sulit’ dikarenakan bahan yang tersisa untuk membuat roti hanya cukup bagi janda ini dan anaknya. Sebuah pilihan yang tidak mudah, dan harus segera diputuskan. Antara menyuguhkan tetapi mereka menjadi kelaparan....atau menikmatinya sendiri dan menolak permintaan nabi Elia. Terlepas dari lanjutan kisah ini tentang bagaimana mujizat kemudian terjadi.


Memberi memang tidak sekedar aksi berbagi, namun seringkali ada perasaan yang terlibat saat keputusan untuk memberi harus dibuat. Sebuah kalimat bijak mengatakan bahwa LEBIH BAIK memberi daripada menerima. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang lain, maka bisa terjadi LEBIH SULIT memberi daripada menerima. Karena konsep memberi adalah melepaskan sesuatu yang semula kita miliki. Jika sesuatu itu sudah tidak kita ingini, atau ada cadangannya, itu mudah. Akan tetapi jika untuk hal yang menjadi milik kita yang berharga, maka butuh kebesaran hati untuk melepasnya. Juga kerelaan yang sungguh untuk tidak mengharapkan balasannya.


Seperti yang dilakukan Allah dalam kebesaran kasihNya. Menyerahkan Yesus sebagai penebusan dosa adalah totalitas yang sempurna. Suatu pemberian yang terbaik. Itulah ajaranNya tentang kualitas dalam memberi.


Bersedia melepas apa yang kita miliki, akan menolong kita untuk belajar tentang mengasihi. Dan tidak menahan berkat untuk kesejahteraan sendiri, adalah wujud syukur hati kita karena limpahan kasihNya.


Pokok Doa

 Ajarlah kami untuk punya kepekaan hati terhadap sesama yang membutuhkan uluran tangan. Juga ajar kami punya kebesaran hati untuk rela menjadi saluran berkat