Melayani Sebagai Gaya Hidup Kristiani
Markus 10 : 43-45
Bila kita mendengar kata pelayanan atau melayani mungkin yang ada di pikiran kita adalah sosok pendeta, penatua, diaken atau aktivis di gereja yang sibuk melayani di berbagai kegiatan gerejawi. Namun bila kita belajar dari Alkitab bahwa melayani yang diinginkan Tuhan Yesus adalah melekat pada sikap dan gaya hidup, bukan sekedar mengambil bagian dalam tugas pelayanan gerejawi saja. Melayani sudah menjadi panggilan dan tanggung jawab semua orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus.
Pertanyaan mendasar bagi kita adalah : Mengapa kita harus melayani? Kita melayani untuk siapa? Kita melayani melalui apa?
Yang pertama, bahwa mengapa kita harus melayani adalah karena Tuhan sudah melayani kita terlebih dahulu, sebagaimana nats renungan kita di atas (Markus 10 : 45; band. Matius 20 : 28). Dan selain itu bahwa Tuhan sudah mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan baik yang harus kita lakukan di dunia ini, sebagaimana dinyatakan dalam Efesus 2 : 10. Dan pekerjaan-pekerjaan baik yang dipersiapkan Tuhan bagi kita itu adalah mendatangkan kerajaan Allah di dunia ini. Melayani sesama adalah perwujudan melakukan pekerjaan baik yang sudah Tuhan persiapkan untuk kita. Melayani adalah juga perwujudan kasih. Tidak ada pelayanan tanpa kasih dan tidak mungkin mengasihi tanpa melayani. Dan hukum kasih itu juga menjadi dasar iman kita untuk melayani Tuhan dan sesama.
Berikutnya, kita melayani untuk siapa? Kita melayani semata-mata untuk Tuhan. Bila kita melayani untuk manusia dan masih memandang manusia maka kekecewaan yang mungkin kita dapatkan bahkan mungkin kepahitan. Tetapi Alkitab menyatakan bahwa melayani kepada sesama adalah sebagai wujud cinta kasih kita pada Tuhan yang telah memerdekakan kita dari dosa, sebagaimana dalam Galatia 5 : 13, kita melayani seorang akan yang lain sebagai wujud kemerdekaan kita dari dosa. Kesaksian Injil Matius 26 : 40 tegas menyatakan : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Kemudian, kita melayani melalui apa? Bila Tuhan sudah mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan baik yang harus kita lakukan di dunia ini, maka Tuhan pasti memperlengkapi kita. Artinya kita melayani melalui segala kemampuan, talenta, karunia, kepribadian dan pengalaman yang telah Allah anugerahkan pada kita. Tidak terbatas tempat dan waktu. Surat Rasul Petrus dalam 1 Petrus 4 : 10 menyatakan : “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”.
Lalu apakah hambatan terbesar kita dalam melayani? Seringkali ego dan harga diri kita menjadi sekat dalam pelayanan. Kita terlalu jaim untuk meyapa kaum papa, status sosial kita membuat kita jauh dari wong cilik . Ingatlah bahwa setinggi-tingginya strata kita di dunia ini tidak ada apa-apanya dengan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus yang telah rela turun dari tahta sorgawi, mengosongkan dirinya dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2 : 6 – 7), untuk melayani kita, mengajar kita dan menebus kita dari hukuman maut melalui perjalanan salibNya. Jika kita benar-benar mengimani pengorbanan Kristus ini maka tidak ada pelayanan yang lebih hina di dunia yang bisa kita lakukan. Karena yang paling hina telah Yesus lakukan bagi kita dua ribu tahun yang lalu. Selamat mengisi masa pra-paskah ini dengan melayani lebih sungguh.
Satu lagu yang familiar bagi kita menjadi penutup renungan ini :
Melayani-melayani lebih sungguh 2x,
Tuhan lebih dulu melayani kepadaku,
Melayani-melayani lebih sungguh.
Pokok Doa
Tuhan ajarilah aku akan dalamnya kasihMu sehingga aku boleh makin cinta Tuhan dengan melayani sesamaku lebih sungguh. Amin.